Sabtu, 23 April 2022

jalan gunung

Seorang lelaki pintar, pemikir dengan otak yang terlatih. Suatu hari dalam sebuah perjalanan, mampir ke sebuah desa, ia ingin membandingkan sebagai percobaan dan penelitian, adanya sudut-sudut pandang yang berbeda di sana.


Dia pergi ke persinggahan kafilah dan menanyakan pada penduduk orang yang paling jujur dan pembohong terbesar di desa itu. Orang-orang di sana sepakat bahwa lelaki bernama Kadzdzab adalah pembohong terbesar; dan bahwa bahwa Rastgu adalah manusia paling jujur. Kemudian dia menemui mereka, dan melemparkan satu pertanyaan sedehana: “Jalan mana yang terbaik ke desa selanjutnya?”

Ratsgu si jujur berkata, “jalan gunung.”
Kadzdzab si pembohong juga berkata, “jalan gunung.”
Sehingga dia menanyai orang-orang lain, warga biasa.
Sebagian berkata, “Sungai”; yang lain, “melintasi padang.”
Dan sebagian lagi berkata, “jalan gunung.”
 
Dia mengambil jalan gunung, tetapi selain memikirkan tujuan perjalanannya, masalah orang-orang yang jujur dan pembohong-pembohong itu masih mengganggunya.

Ketika dia sampai di desa berikutnya, dan memikirkan kembali cerita ini di rumah persinggahan, dia akhirnya berucap, “aku terbukti melakukan kesalahan nalar yang mendasar, yang menanyai orang-orang yang salah tentang si jujur dan si pembohong. Aku sampai ke desa ini dengan sangat mudah, mulai jalan gunung.”

Seorang lelaki bijak yang ada di sana berkata, “orang-orang yang memakai nalar, haruslah diakui, cenderung menjadi buta, dan harus meminta pertolongan orang lain. Tetapi masalahnya di sini berbeda. Kenyataannya adalah bahwa: sungai adalah jalan termudah, sehingga si pembohong itu menyarankan jalan gunung. Tetapi lelaki yang jujur itu tidak saja jujur. Dia melihat kau menunggangi keledai yang mungkin membuat perjalanan lebih mudah. Si pembohong kebetulan saja tidak melihat kenyataan bahwa kau tidak memilki perahu: jika saja dia melihat, dia mungkin akan menyarankanmu melalui sungai.”

                                            ***
“Orang mendapati kemampuan dan rahmat para sufi tidak mungkin dipercayai. Tetapi orang-orang macam itu adalah mereka yang tidak memiliki pengetahuan tentang kepercayaan sejati. Mereka percaya semua jenis hal yang tidak senyatanya, karena kebiasaan atau karena mereka diperintah oleh pihak wewenang.

“Kepercayaan sejati adalah sesuatu yang lain. Orang-orang yang memiliki kepercayaan sejati adalah mereka yang telah mengalami satu hal. Ketika mereka telah mengalaminya... kemampuan-kemapuan dan rahmat-rahmat yang dilaporkan tidaklah berguna bagi mereka.” Kata-kata ini, dikatakan oleh Sayed Syah (Qadiri, yang meninggal tahun 1854) kadang-kadang mendahului “jalan gunung”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar