Sabtu, 23 April 2022

Anjing, Tongkat dan Sufi

Suatu hari seorang laki-laki berpakaian sufi ketika sedang berjalan seorang diri, berpapasan dan bersenggolan dengan seekor anjing. Dipukulinya anjing itu sangat keras dengan tongkatnya hingga anjing meraung-raung kesakitan, berlari ke arah Abu Said seorang yang sangat bijak. Sambil meregang sakit, anjing itu bersimpuh di kaki Abu Said untuk menuntut keadilan terhadap tindakan sufi yang telah menghajarnya secara kejam.

Sang arif bijaksana, Abu Said, memanggil mereka berdua. Kepada sang Sufi ia berkata; “Wahai orang yang lancang! Bagaimana mungkin setega ini kau menghajar seekor binatang bodoh dengan cara seperti ini? Lihat apa yang telah kau lakukan!”

Sang Sufi menjawab, “ini sama sekali bukan salahku, tetapi salah anjing itu. Aku tidak memukulinya begitu saja tanpa sebab, ia telah mengotori jubahku.”

Tetapi anjing itu tetap saja mengeluh dan menuntut keadilan.

Lalu orang bijak itu berkata pada Anjing; “Dari pada menunggu Pembalasan Akhir, lebih baik izinkan aku memberi pembalasan atas kesakitan yang kau derita.”

Anjing berkata; “Tuan yang bijaksana dan agung! Ketika aku melihat laki-laki ini berpakaian seorang Sufi, aku langsung menyimpulkan bahwa dia bukanlah seorang yang berbahaya. Jika saja aku melihatnya berpakaian seperti orang biasa, aku pasti menghindarinya. Kesalahanku yang sebenarnya adalah menganggap bahwa penampilan orang ini mengisyaratkan rasa aman. Jika anda ingin memberinya hukuman, maka lepaskanlah jubah Orang Pilihan itu, lepaskan ia dari jubah Para Pencari Kebenaran...”

Anjing itu sendiri berada dalam barisan kebenaran. Tidaklah selalu benar untuk percaya bahwa seorang manusia pasti lebih baik darinya.

***

Kisah ini dari karya ‘Athtshar dalam Kitab Tuhan (Illahi Nama), sering diulang-ulang oleh para Darwis “Lorong Sesat”, dan disampaikan kepada Hamdun Tukang Pewarna Pakaian, di abad ke-9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar