Pada masa Timur Lenk, infrastruktur rusak, sehingga hasil pertanian dan pekerjaan lain sangat menurun. Pajak yang diberikan daerah-daerah tidak memuaskan bagi Timur Lenk. Maka para pejabat pemungut pajak dikumpulkan. Mereka datang dengan membawa buku-buku laporan. Namun Timur Lenk yang marah merobek-robek buku-buku itu satu per satu, dan menyuruh para pejabat yang malang itu memakannya. Kemudian mereka dipecat dan diusir keluar.
Timur Lenk memerintahkan Hoja yang telah dipercayanya untuk menggantikan para pemungut pajak untuk menghitungkan pajak yang lebih besar. Hoja mencoba mengelak, tetapi akhirnya terpaksa ia menggantikan tugas para pemungut pajak. Namun, pajak yang diambil tetap kecil dan tidak memuaskan Timur Lenk. Maka Hoja pun dipanggil.
Ia datang menghadap Timur Lenk dengan membawa roti hangat.
“Kau hendak menyuapku dengan roti celaka itu, Hoja?” bentak Timur Lenk.
“Laporan keuangan saya catat pada roti ini, Paduka,” jawab Hoja dengan gaya pejabat.
“Kau berpura-pura gila lagi, Hoja?” Timur Lenk lebih marah lagi.
Hoja menjawab takzim, “Paduka, usiaku sudah cukup lanjut. Aku tidak akan kuat makan kertas-kertas laporan itu. Jadi semuanya aku pindahkan pada roti hangat ini.”