Ikanu' menemui dokter spesialis kelamin untuk berkonsultasi soal keluhannya.
“Dok, saya punya masalah, tapi Dokter harus janji dulu untuk tidak tertawa yah?”
“Tenang. Saya janji tidak akan tertawa. Itu melanggar sumpah kedokteranku,” jawab dokter bersahaja.
Ikanu' langsung menurunkan celananya, burungnya ternyata kecil sekali, mungkin diameternya hanya sebesar pensil 2B.
Melihat ‘barang’ yang hanya seadanya itu, dokter tak kuat menahan tawanya, dia tertawa terpingkal-pingkal, sampai berguling-guling dilantai.
Kira-kira sepuluh menit, baru dia dapat mengendalikan emosinya. “Maaf Mas. Hhh.. hh.. Saya kelepasan. Saya janji tidak akan tertawa lagi. Nah, sekarang masalah Saudara apa?” kata dokter, berjuang keras menyembunyikan sisa tawanya.
“Janji Dok ya, dokter tidak akan tertawa lagi,” pinta Ikanu'.
Karena merasa sudah mengingkari janji pada pasiennya, sang Dokter kembali berjanji di depan Kanu', “Baiklah saya tidak akan tertawa, kalau tertawa anda boleh pukul saya!”
Ikanu' mulai ngomong dengan nada sedih, “Begini Dok, burung saya sudah tiga hari ini bengkak kayak begini…”
Dokter: “Wakakkakaka.. hahahhaha.. hihihi.. hahahha”
Kanu': ”Buk…Bux, buk”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar